Rumah Sakit Islam Harapan Anda Kota Tegal
Jl. Ababil No.42 kota Tegal. RSI Harapan anda mulai resmi tgl 9 Desember 1991.
RSI harapan Anda Kota Tegal memberikan servis secara professional dan juga terciptanya servis kesehatan diantaranya adalah naiknya tingkat kesehatan masyarakat, preventif penyakit, tahap menyembuhkan dan juga.
Visi RSI Harpaan Anda adalah untuk jadi RSI dengan rekam medik Harapan Masyarakat Tegal. Dan menjadi media dakwah melalui sistem servis healty secara professional dan juga RSI Harapan Anda Tegal mampu menjadi Rumah Sakit paling diharapkan masyarakat dalam meningkatkan kesehatan dengan maksimal.
Baca : Daftar Rumah Sakit di tegal
MISI RSI Harapan Anda Kota Tegal sebagai media dan peran dakwah secara Islamiyah dalam mensyiarkan syariat Islam dengan cara servis kesehatan kepada masyarakat secara professional di Rumah Sakit dalam upaya meningkatkan kesehatan secara maksimal.
- Berniat menunaikan dakwah melalui penyelenggaraan Rumah Sakit dan Pengelolaan pelayanan kesehatan yang berciri Islami dengan mendasarkan diri kepada Ideologi Pancasila, amanat Al’Qur’an tentang Hakekat Ibadah dan tugas insan sebagai khalifah, yang senantiasa berikhtiar demi kesejahteraan sesama umat.
- Senantiasa berupaya meningkatkan pelayanan dan pengelolaannya, mengembangkan profesionalisme, mendayagunakan ilmu pengetahuan dan tehnologi dengan norma dan tata cara yang sesuai dengan kaidah islam sebagaimana diisyaratkan oleh Alqur’an dan sunnah Rossul.
- Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang meliputi upaya-upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan dan rehabilitasi dan dalam memberikan pelayanan, keselamatan pasien merupakan prioritas utama.
Terwujudnya pelayanan yang profesional serta Islami.MOTTO
Terselenggaranya pelayanan kesehatan meliputi upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan dan rehabilitasi.
Terselenggaranya pelayanan kesehatan yang menitikberatkan pada keselamatan pasien
Meningkatkan kemampuan sebagai pusat rujukan di wilayah Tegal dan sekitarnya.
Terwujudnya efektifitas dan efisiensi yang tinggi dari segenap upaya atau kegiatan yang dilakukan.
Cepat, Tepat, Puas
Cepat dalam pelayanannya,
Tepat diagnosa dan terapinya,
Dengan sendirinya akan memberikan kepuasan pada pasien dan keluarganya.
Status Emak Panjang Semoga Bermanfaat
Sudah entah berapa kali kami sekeluarga (saya, suami, dan anak-anak dirawat di RS). Dalam rentang pernikahan 10 tahun, dari semua anggota keluarga inti, seingat saya sudah lebih dari 10x dirawat. Sejak bayi sampai menjelang 8 tahun ini, seingat saya sudah 5x lebih dirawat, abinya 3x, saya sendiri 2x dan si adek 2x ini masuk rumah sakit.
Pengalaman bolak-balik menjaga anak2 dan suami di RS, menjadikan diri lebih banyak membaca artikel-artikel kesehatan, sering baca-baca alodokter, dan sejenisnya, bahkan sampai pasang aplikasi alodokter, buku saku dokter dan sejenisnya. Semata-mata hanya untuk menambah pengetahuan seputar kesehatan untuk kebaikan keluarga. Tidak hanya yang medis bahkan masuk komunitas teman herbal-herbal.
Jadi emak memang harus banyak belajar, karena ibu adalah perawat tercanggih saat di rumah. Meski kapasitas pengetahuan tersebut pastilah sangat terbatas, dan hanya seujung kuku dibandingkan dokter yang sekolahnya terkenal mahal dan bertahun-tahun. Minimal pengetahuan dasar itu bisa dijadikan bekal untuk membaca tanda-tanda saat anggota keluarga sakit, dan bisa dijadikan dasar untuk bertanya pada dokter saat melaporkan/konsultasi saat anak sakit atau bahkan dirawat.
Kejadian kak Qiyya baru dirawat di Pav. Dahlia Kamar 3B, diagnosis demam tipes. Sudah lima hari demam naik turun, sebelumnya periksa ke Faskes 1 diagnosis radang tenggorokan dan amandelnya. Gak ada perubahan akhirnya ke dokter spesialis anak ditempat praktiknya, cek darah dan ternyata tipes. Demam naik turun, dan sariawan yang banyak membuat nafsu makannya banyak berkurang meski masih mau sedikit saat dirayu-rayu untuk makan bubur, dan makanpun pakai linangan air mata. (Perih banget ya kak..).
Saat periksa kakak, dek Qiraninya batuk ngukluk sudah demam 5 harian juga. Waktu itu sih gak minta cek darah. Sesek juga, sampai diuap dua kali di tempat praktik dokter SPA. Karena kakak masuk RS, dan si Dede gak mungkin ditinggal di rumah (nasib keluarga perantauan jauh dari sanak keluarga), si adek pun dalam kondisi batuk menemani kakak di rawat. Bawa obatnya yang diresepkan, plus bawa nebulizer dari rumah juga untuk menguap mandiri. Dua harian si adek sudah gak demam lagi, ceria, meski batuknya masih grok-grok.
Qodarullah, kakak diperbolehkan pulang RS Rabu malam (29/01/2020). Malamnya sebelum pulang si adek badannya demam lagi. Berharapnya dirawat di rumah sembuh, puyer resep obatnya juga masih ada.
Dan setelah 4 hari di rumah, kondisinya masih gak stabil, demam masih naik turun. Di hari Sabtu, 01/02/2020 terlihat ada sariawan. Ya sudah beli Candistatin (nystatin) yang sama dengan kakaknya waktu sariawan di RS.
Ahad paginya (02/02/2020) tidak ada perubahan yang signifikan. Shubuh di cek demam sampe 39,6° (emak-emak harus sedia termometer nih di rumah, karena deteksi rabaan saja kadang gak meyakinkan, meski tangan emak pasti kenal suhu tubuh anak ini lagi anget-angetan atau memang demam tinggi). Sudah di kasih sanmol gak turun-turun, 3 jam lewat masih 38,6°. Diminta minum juga susah. Ya sudah, menyerahlah emak, dan dibawa ke IGD RSUI.
Setelah lapor ke dokter jaga jam 10.30an, di term masih 38,4°. Cek darah dan gak bisa langsung tahu hasilnya. Karena batuknya lama selain diuap di IGD, dirontgen pula sebelum masuk kamar. Alhamdulillah langsung tertangani. Jam 13.30an sudah bisa masuk kamar. Gak tahunya dapat kamar Pav. Dahlia 3 lagi. Hanya pindah bed. Beberapa perawat bahkan hafal, loh kemarin kayane sudah dirawat. "Iya kakaknya kemarin, sekarang adiknya"
Kejadian agak tidak menyenangkan terjadi. Dini hari (04/02/2020) kurang lebih jam 01.00 terbangun. Meraba badan anak demam tinggi, panas banget, belum sampe cek dengan termometer dari rumah. Call perawat, minta dicek, pake termometer yang diklik di telinga, terdetek suhu hanya 36,8°. (Dalam hati gak salah ini, masa panas begini, suhunya normal).
Dan memang gak dikasih obat penurun demam saat itu.
Hanya hitungan menit, saat perawat meninggalkan kamar, hati seorang ibu tidak bisa langsung percaya. Coba cek pake termometer sendiri dan suhunya 38,6°. Kebetulan sang perawat, balik lagi ke kamar, pasang infus bed sebelah (saya di kelas 1, yang sekamar ada 2 bed).
"Kayane ada yang salah deh mas termometernya, ini saya term sendiri 38,4° loh".
"Coba pake termometer lain lagi Bu"
Masnya ambil, term elektrik lagi punya RS, yang ditaruh ketiak dan dicek, ternyata 38,6°. Dan akhirnya diberi penurun demam by infus, saya pun sambil mengompres si kecil.
"Ini sudah saya kasih penurunan demam, dibantu ngompres ya Bu. Semoga segera turun, klo gak turun-turun nanti 4 jam an lagi diberi lagi," jelasnya.
Catat ya Mak : Sekedar termometer pun tidak semuanya valid, klo perlu bawa termometer yang benar-benar masih berfungsi dari rumah, agar kejadian diatas tidak dialami. Karena perawat juga tidak akan percaya dan ngasih penurun demam by infus hanya berdasarkan rabaan tangan emak saat memastikan badannya demam atau gak, percaya validnya hanya melalui data termometer.
"Obatnya apa saja sih mas yang dikasih?" Gak bisa langsung memberi tahu, saya diminta ke tempat perawat. Yang lewat infus ternyata hanya antibiotik Cefotaxim (namanya juga sudah gak asing di telinga), dan penurunan panas. Terakhir dikasih penurun demam seingat saya pas di IGD, saat di ruangan sudah tak diberi lagi karena hasil term memang tidak demam.
Salah satu hobi saya saat merawat anak-anak sakit dengan obat dokter adalah Kepo terhadap nama dan kandungan obat (nantinya Googling puluhan web untuk cari tahu itu sebenarnya obat untuk apa dsb).
Senin siang, sebenarnya sudah merasa koq badannya anget lagi ya. Cek term hanya sekitar 3,73. Sore pas sebelum visit 37,6° pas dokter visit, saya tanya dikasih penurun panas gak dok. Katanya tak perlu. Dan baru tahu saya dari hasil cek darah ternyata adek juga kena tipes, selain infeksi saluran pernafasan. Nah Selasa dini hari ini demam sampe tinggi lagi.
Sampe di ruang perawat dikasih tahu apa saja obatnya. Termasuk Aloclair spray yang saya beli sendiri dan Lasal obat batuknya.
"Mas, ada Dexa nya gak sih, koq gak ada suntikan obat, Dexa buat radang kan mas." Masnya mengiyakan. Batin saya kakaknya saja kemarin masih di kasih obat untuk radang bahkan sampe menjelang pulang. Koq ini dihentikan ya.
Kenapa hafal Dexa, saat kakaknya pekan kemarin dirawat, ada perawat yang baik itu klo mau nyuntik pasti ngasih tahu, ini pasiennya mau disuntik obat apa.
Cek-ricek dicatatan perawat Dexa nya dihentikan dari kemarin. Yang menghentikan dari dokter. Waktu tanya kenapa, perawat juga gak bisa menjelaskan. Besok ditanyakan dokternya saja Bu. Pikiran saya, memang perawat hanya pelaksana resep dokter saja sih bukan pembuat keputusan obat apa saja yang harus diberikan ke pasien.
Lihat kondisi si adek demam tinggi, sariawannya belum ada perubahan, untuk min saja harus dirayu dan nangis dulu. Belum bisa kemasukan makanan, kasih bubur bayi yang benar-benar diencerkan itupun mau 3-4 suap dengan porsi sedikit sekali dan penuh drama nyuapinya.
Klo nunggu keputusan dokter sampe visit, ya kasihan Dede, dengan jam visit yang gak tentu kadang siang kadang sore. Setengah maksa dan agak nada tinggi memang, saya minta dikonsultasikan ke dokter. Beberapa menit agak emosi dengan perawat tsb. Padahal sudah masuk haknya pasien kan untuk dapat berkonsultasi dengan dokter terkait penyakit anak. Seketika itu saya minta dikonsultasikan pertelpon. Karena obat mau dikasihkan atau tidak juga bukan keputusan perawat. Dan kami penjaga (keluarga) bisanya hanya berkonsultasi untuk mendapatkan pelayanan yang terbaik "bermutu dan sesuai SOP" (seperti yang tercantum diposter hak pasien ditembok kamar RS).
Perawat itu hanya ngecek pasien sesuai jadwal tugasnya, yang benar-benar mengikuti perkembangan pasien (keluarga) adalah yang menjaga. Maka setiap perkembangan harus diamati, dan perubahan kondisi itu bisa terjadi kapan saja. Saat perawat jadwal cek suhu, bisa saja suhunya normal, namun saat tidak waktunya cek term, bisa saja suhunya naik tinggi tanpa sepengetahuan perawat. Maka jika ada kondisi-kondisi tertentu yang emak ini sbg orang awam dengan pengetahuan hanya secuil terkait kesehatan ya harus berani bertanya dan menyampaikan.
Alhamdulillah tidak lama setelah itu, kata perawatnya sudah dikonsultasikan pertelp, bahkan saya sampe bertanya 2x ke perawat yang berbeda apa benar sudah dikonsultasikan, salah satunya pada perawat yang waktu itu memeriksa ke kamar waktu saya call karena ada pendarahan di gusi Qirani, difoto dan bilang akan dilaporkan. Dan akhirnya obat radangnya diberikan kembali.
Ini bukan pengalaman gak menyenangkan pertama kali soalnya. Dulu saat adek umur 9 bulan, kena campak, diare, batuk sesek, dirawat sampe 10 hari juga pernah ada miss komunikasi terkait pelayanan RS.
Alhamdulillah pengalaman 2x, setelah berani bertanya, menyampaikan ini-itu, ada perhatian yang lebih intensif dari perawatnya. Jadi pasien jangan asal percaya, jangan asal manut obat apa saja yang dimasukkan ke tubuh keluarga kita, setidaknya harus tahu, karena meski ada hak mengetahui diagnosis,tata cara tindakan medis, tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, dst (seperti yang ditulis ditembok). Tidak semua informasi itu otomatis kita dapatkan kalau tidak bertanya. Kalaupun ada informasi seringnya juga hanya sepotong-sepotong. Jika ingin tahu lebih banyak, harus lebih banyak bertanya, entah pada perawat atau pada dokternya. Agar terpenuhi hak sebagai pasien, sementara sebagai pasien mau tidak mau memang harus memenuhi kewajiban sebagai pasien.
Ditulis saat si adek bisa tidur lagi, dan hanya bermaksud agar dapat diambil hikmah dan pelajarannya untuk saya pribadi, dan semoga bermanfaat bagi yang membaca.
Semoga segera sehat dan pulang ya nok.
RSUI Harapan Anda Tegal. 04 Februari 2020, 02:10 wib
Posting Komentar untuk "Rumah Sakit Islam Harapan Anda Kota Tegal"